Senin, 18 November 2013

UNSUR PEMBAGUNAN SUATU KALIMAT

MAKALAH

UNSUR PEMBANGUN SUATU KALIMAT

DISUSUN
 

O
L
E
H

JOGI ANDI SIADARI
NpM: 12-043-111-038


 

  



FAKULTAS TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS DARMA AGUNG
MEDAN

2013 



KATA PENGANTAR

Dengan menyampaikan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa dan Maha Kuasa, hingga saya dapat menyelesaikan makalah ini sebagai tugas mata kuliah bahasa Indonesia. Makalah ini disusun dengan tujuan sebagai materi (bahan) pengayaan (enrichment) dalam mata pelajaran bahasa Indonesia.

Akhirnya, penulis menyadari bahwa makalah ini tidaklah sempurna, dan dibeberapa bagian masih terdapat kekurangan, sehingga kritik dan saran yang membangun untk sempurnanya makalah ni sangat saya nantikan. Kepada semua pihak yangtelah membantu menyelesaikan makalah ini, penulis menyampaikan terima kasih yang tulus, dan mudah-mudahan makalah ini ada manfaatnya, amin.
 
                                                                                                  18 November 2013
                                                                                                    Penyusun

                                                                                                      Jogiandi Siadari


BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Setiap masyarakat bahasa memiliki tentang cara yang digunakan untuk mengungkapkan gagasan dan perasaan atau untuk menyebutkan sesuatu melalui suatu kalimat. Hingga pada suatu titik waktu, kata-kata yang dihasilkan menyampaikan makna tertentu, namun manakala terjadi hubungan dengan masyarakat bahasa lain, sangat mungkin muncul gagasan, konsep, atau arti lain jika penyampaian yang kurang tepat. Salah satu bentuk perkembangan bahasa Indonesia adalah berupa penyerapan kata ke dalam bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa-bahasa asing pemberi pengaruh. Penyerapan kata-kata asing ke dalam bahasa Indonesia ini melahirkan permasalahan-permasalahan kebahasaan.

            Ada baiknya sebagai masyarakat Indonesia, kita juga memahami penggunaan kalimat bahasa Indonesia yang baik dan benar. Sebagai rasa cinta terhadap bahasa kita sendiri dengan terwujud lewat peran kita dalam menjaga kelestariannya.

B.     Tujuan Penulisan
Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan dan diharapkan bermanfaat bagi kita semua.


C.    Metode Penulisan
Penulisan menggunakan kalimat bahasa Indonesia. Cara-cara lain yang dapat dipergunakan penulis adalah study pustaka dalam metode ini penulis membaca buku yang berkaitan dengan penulisan makalah.



BAB II

ISI

 

2.1 Pengertian Kalimat

Pengertian kalimat dilihat dari Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sebagai berikut:
1.      kesatuan ujar yg mengungkapkan suatu konsep pikiran dan perasaan
2.      perkataan
3.      satuan bahasa yg secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final dan secara aktual ataupun potensial terdiri atas klausa

Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengertian dari sebuah kalimat adalah gabungan dari beberapa  kata (minimal 2 buah kata)  yang menghasilkan makna dalam bentuk lisan yang memiliki unsur utama sebuah subjek dan sebuah predikat sebagai pembangun kalimat. Cirri-ciri lainnya dari sebuah kalimat adalah memiliki arti dan dapat berdiri sendiri. Kalimat umumnya terdiri dari S, P, O, K, Pel, dan Ket sehingga menghasilkan sebuah kalimat yang lengkap pengertiannya. Namun dengan adanya subjek dan predikat sudah dapat menghasilkan sebuah kalimat tunggal yang memiliki arti. Sebagai contoh: dia adalah pekerja. Dan untuk pemberian intonasi bagi pembaca kalimat tersebut digunakan tanda baca atau jika tidak, maka sebuah kalimat harus diakhiri dengan tanda titik. Dan syarat dasar dari sebuah kalimat adalah diawali dengan huruf capital, diletakkan secara berurutan dan diakhiri dengan tanda titik(.).
Contoh kalimat:
Ibu pergi.
S         P

Orang itu pintar.
      S           P

Petani membajak sawah.
    S          P             O

 

2.2 Struktur Kalimat

Unsur-unsur pembangun sebuah kalimat adalah subjek(S), predikat(P), objek(O), pel(pelengkap), dan keterangan(Ket). Setiap unsur memiliki fungsi tersendiri dalam membangun sebuah kalimat. Contoh kalimat yang menggunakan kelima unsur tersebut adalah sebagai berikut:

 Ayah meminjami paman baju baru tadi siang.
   S           P             O         pel           ket

Setiap unsur memiliki posisi atau letak penempatannya masing-masing yang sudah menjadi ketentuan dalam membentuk sebuah kalimat.

2.3  Ciri-ciri unsur-unsur pembentuk sebuah kalimat:
2.3.1 Subjek
Subjek adalah pelaku utama dalam sebuah kalimat yang biasanya diletakkan disamping predikat sehingga membentuk makna. Pelaku merupakan hasil jawab dari pertanyaan apa dan siapa didalam sebuah kalimat. Penempatan kata sebagai pendamping subjek juga memiliki aturan tersendiri, seperti penempatan itu yang harus ditempatkan sesudah subjek, penempatan bahwa yang ditempatkan sebelum subjek, dan penempatan preposisi tidak boleh sebelum subjek. Karena hal-hal tersebut dapat mengakibatkan hasil kalimat tidak bersubjek.
Contoh:
Orang, buku itu, guru yang, dan sebagainya.

2.3.2        Predikat
Predikat merupakan unsur paling penting dalam membentuk kalimat karena merupakan inti pembentuk arti dari sebuah kalimat. Predikat dapat berupa kata kerja yang di dampingi oleh objek yang sudah menjadi ketentuan dasar.predikat dapat berupa kata kerja, sifat , jumlah atau preposisi.  Dan akan berubah bentuk katanya jika kalimat aktif diubah menjadi kalimat pasif.

Contoh:
 Adi memakan nasi.
S      P        O

Nasi dimakan Adi .
   S          P       O

Budi menemui Sinta.
   S               P              O

2.3.3        Objek
Objek adalah unsur tambahan yang ada didalam sebuah kalimat dan tidak diharuskan ada, karena tanpa adanya objek, sebuah kalimat dapat tetap dihasilkan. Objek memiliki ciri khusus yaitu objek akan menempati posisi subjek ketika kalimat aktif diubah menjadi kalimat pasif. Dan perubahan posisi tersebut menjadikan objek menjadi subjek. Objek akan menjadi suatu unsur yang wajib ketika pembuatan kalimat transitif. Yang merupakan kalimat yang dapat diubah menjadi kalimat pasif.
Contoh:
Adik menaiki kasur.
   S            P           O

Kasur dinaiki adik.
  S             P           O

Adi dibelikan ayah motor baru.
  S P          O         pel

2.3.4        Pelengkap
Ciri dari pelengkap mirip dengan objek, namun letak perbedaannya adalah ketidakmampuan kata tersebut untuk menggantikan posisi objek ketika kalimat diubah menjadi kalimat pasif karena akan mengakibatkan kerancuan dalam mengartikannya. Karena unsur pelengkap bersifat melengkapi unsur kerja dari sebuah predikat yang memberi kejelasan lebih rinci.
Contoh:
Kami memberikan Astuti laptop baru.
   S                P                 O           pel

Aku mendapat hadiah anting cantik.
  S     P                 O           pel

2.3.5        Keterangan
Ciri dari keterangan adalah unsur yang memuat atau memberi informasi yang memperjelas suatu kalimat yang dapat berupa informasi tempat, waktu, alasan, cara, dan tujuan. Keberadaan keterangan pada sebuah kalimat tidak diwajibkan. Namun diperlukan jika sang pendengar mememerlukan informasi tersebut.
Contoh:
Ibu pergi naik mobil.
S       P                  Ket
Adi sedih karena mainannya rusak.
S   P          ket
Astuti membeli emas secara tunai kemarin.
S           P            O       Ket.cara       Ket.waktu









2.4 Jenis Kalimat


Berdasarkan jumlah unsur-unsur yang terkandung di dalam sebuah kalimat, jenis kalimat dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu kalimat tunggal dan kalimat majemuk.  Perbedaannya dapat dilihat dari jumlah unsur pembentuk struktur kalimat tersebut.

2.4.1        Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal dapat disebut juga kalimat sederhana karena unsur penyusunnya hanya terdiri dari satu subjek dan satu predikat. Kalimat tunggal dapat digabungkan dengan kalimat tunggal lain dengan menggunakan kata penghubung dan berubah menjadi kalimat majemuk. Kalimat tunggal dapat mengalami perluasan dengan penambahan unsur lain didalam kalimat tunggal seperti penambahan unsur keterangan dan sebagainya tanpa mengubah unsur inti kalimat tersebut dan tidak membentuk pola baru. Dapat pula berupa kalimat perintah, kalimat tanya, dan kalimat berita.
Kalimat tunggal dibagi menjadi 2 jenis yaitu:

1.      Kalimat verba
Kalimat yang merupakan kalimat kerja sederhana yang menjelaskan kegiatan/perbuatan dari subjek.
Contoh:
 Ibu mencuci.

2.      Kalimat nominal/tingkatan
Kalimat yang merupakan kalimat yang mengungkapkan tingkatan atau nilai nominal dari subjek dalam sebuah kalimat.
Contoh:
Astuti siswi kelas tiga.



2.4.2        Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk merupakan gabungan dari kalimat tunggal dengan menggunakan kata penghubung yang menggabungkan 2 buah kalimat atau lebih menjadi satu kalimat. Dan penggabungan kalimat tersebut dapat menghasilkan posisi yang berbeda atau keterikatan jika memiliki pola hubungan yang tidak sederajat atau adanya perbedaan antara anak kalimat dengan induk kalimat. Oleh karena itu, kalimat majemuk dapat dibagi lagi menjadi 3 jenis, yaitu:

1.      Kalimat Majemuk Setara
Pada kalimat majemuk setara, induk kalimat dan anak kalimat memiliki posisi yang sama rata kedudukannya. Dan dapat berdiri sendiri sebagai kalimat tunggal. Kata penghubung yang digunakan berupa kata penghubung sederajat, yaitu kata dan dan kata serta. Kalimat pertentangan yang menggunakan kata ,seperti: tetapi, sedangkan,  melainkan, dan namun. Kalimat pilihan yang menggunakan kata atau. Dan kalimat penguatan yang menggunakan kata bahkan. Serta kalimat lanjutan yang menggunakan kata penghubung lalu dan kemudian.

Contoh kalimat majemuk setara:
Andi terjatuh, kemudian andi menangis.
Aku mencuci piring dan Nina mengepel lantai.
Aku akan pergi besok atau minggu depan.

2.      Kalimat Majemuk Bertingkat
Kalimat majemuk bertingkat merupakan kalimat yang terdiri dari 2 buah kalimat dimana salah satu menduduki posisi sebagai kalimat induk dan lainnya sebagai anak kalimat yang tidak bebas dan terikat kepada kalimat induk.
Contoh kalimat majemuk bertingkat:
Astuti pergi keluar, walaupun masih hujan.
Induk kalimat: Astuti pergi keluar
Anak kalimat: Walaupun masih hujan
Dapat dilihat bahwa anak kalimat memiliki makna atau susunan yang rancu ketika dipisahkan dari induk kalimat. Terlihat bahwa anak kalimat tidak dapat berdiri sendiri.

3.      Kalimat Majemuk Campuran
Kalimat majemuk campuran merupakan gabungan dari kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat sehingga memiliki lebih dari satu buah induk kalimat atau lebih dari satu buah anak kalimat dalam sebuah kalimat.
Contoh kalimat majemuk campuran:
Karena merasa lapar, kami singgah di warung dan memesan makan.
Dia bekerja, walaupun hari libur karena banyak pesanan.

2.5 Kalimat Efektif

Kalimat efektif adalah kalimat yang benar / masuk akal dalam memberikan informasi atau keterangan secara logis kepada pembaca sehingga dapat dimengerti dengan mudah dan pembaca paham maksud dari kalimat tersebut. Sehingga pesan yang disampaikan dalam kalimat itu secara tepat dipahami oleh pembaca, sesuai dengan yang ingin disampaikan oleh penulis.

Karena itu diperlukan penerapan unsur kalimat yang wajib atau sesuai ketentuan penulisan kalimat. Penulisan secara logis, secara langsung, pasti dan tanpa meragukan pembaca. Begitu pula penggunaan bahasa asing di dalam kalimat yang terkadang dapat membingungkan pembaca, kalimat harus bersifat baku dan penulisannya sesuai EYD yang telah ditentukan. Oleh karena itu,dapat disimpulkan bahwa kalimat efektif  memiliki syarat sebagai berikut:
a.       Bentuk kalimat harus jelas agar mudah dimengerti pembaca,
b.      Kalimat efektif harus dapat menyampaikan pikiran penulisnya secara tepat kepada pembaca,
c.       Tidak dipengaruhi bahasa asing,
d.      Penulisan harus secara logis.
e.       Tulisan menurut ketatabahasaan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

2.6 Unsur Kalimat Efektif

Untuk dapat membuat kalimat efektif yang baik dan benar, maka harus memperhatikan unsur yang benar penulisan kalimat efektif. Unsur yang mendukung dalam membangun kalimat efektif adalah:

1.      Kesepadanan
Tata bahasa penulisan dilakukan dengan menggunakan unsur kalimat yang benar dan cara penulisan unsur yang benar. Seperti halnya aturan penulisan subjek tidak boleh ada 2 buah subjek yang sama pada sebuah kalimat yang membuat kalimat menjadi rancu.
Tidak efektif  : Adik terjatuh, kemudian adik menangis.
Efektif             :   Adik terjatuh, kemudian menangis.

2.      Kehematan
Kehematan tidak dimaksudkan dalam harusnya meminimalisasi penggunaan kata, namun sebagaimana cara penulisan dilakukan untuk menggunakan kata yang bermanfaat bagi pembaca. Karena kata yang tidak penting terkadang akan membingungkan pembaca dalam memahami kalimat yang disampaikan atau tidak bertele-tele. Juga menghindari pengulangan kata yang tidak penting yang seharusnya tidak perlu ditulis berulang-ulang.
Tidak efektif  : Penduduk-penduduk di negara itu kelaparan.
Efektif                        :  Penduduk di negara itu kelaparan.

3.      Kesatuan atau kepaduan
Pada penulisan unsur kalimat harus berdasarkan ketentuan penulisan unsur kalimat. Seperti yang ditelah menjadi ketentuan bahwa sebuah kalimat inti harus terdiri dari satu buah subjek dan  predikat. Hal itu sudah merupakan kesatuan dalam penulisan kalimat.
Tidak efektif  :  Hari ini Astuti membeli tas.
Efektif                        :  Astuti membeli tas hari ini.


4.      Penekanan
Penekanan dilakukan untuk memberi penonjolan ide pokok, atau masalah utama yang ingin disampaikan. Untuk memberi penekanan pada kalimat, maka dapat dilakukan pengulangan terhadap kata yang ingin ditekankan, melakukan pertentangan, penggunaan kata imbuhan berintonasi, dan meletakkan kata yang diberi tekanan didepan kalimat.
Tidak efektif  : Dia yang melakukan perbuatan itu.
Efektif                        :  Dialah yang melakukan perbuatan itu.

5.      Keragaman
Keragaman penulisan kalimat yang dilakukan dengan mengubah posisi unsure kalimat agar tidak bersifat monoton atau membosankan bagi pembacanya.
Contoh : Ia dimarahi, padahal kakak cukup menasehatinya saja.

6.      Kelogisan
Penggunaan kata tidak logis pada kalimat akan membuat kalimat menjadi tidak logis. Penggunaan kata yang tidak sesuai terkadang akan merubah makna kata atau kerancuan bagi pembaca:
Contoh:
Tidak efektif  : Ita dibikinkan pusing olehnya.
Efektif                        :  Ita dibuat pusing olehnya.

7.      Kesejajaran
Kesejajaran kata kerja atau kata berimbuhan dalam sebuah kalimat. Dimana imbuhan yang digunakan pada awal kalimat harus sama dengan kalimat yang dihubungkan selanjutnya.
Tidak efektif  : Ia membeli beras, lalu dibawanya ke rumah.
Efektif                        :  Ia membeli beras, lalu membawanya ke rumah.

8.      Kecermatan
Penggunaan kata dalam kalimat tidak boleh sampai menjadikan kalimat tersebut menjadi rancu.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1.         Kesimpulan

Analogi dan anomali bahasa terjadi di dalam bahasa Indonesia dan secara khusus terjadi di dalam kata-kata serapan ke dalam bahasa Indonesia.
Suatu gejala bahasa pada awalnya bisa dianggap anomali, namun setelah berlangsung terus menerus dengan frekwensi yang tinggi bisa berubah menjadi analogi. Suatu gejala bahasa apakah termasuk ke dalam kriteria analogi atau anomali sebenarnya tergantung pada keberteriman masyarakat terutama mereka yang memiliki legalitas tentang bahasa. Penyimpangan bahasa dari konvensi dengan frekwensi yang kecil cenderung dikatakan sebagai gejala yang anomalis.

3.2 Saran
    
Bahasa Indonesia tidak akan tetap terjaga apabila tidak diadakan pusat bahasa dan balai bahasa serta tempat pelatihan dan pengajaran tentang tata bahasa. Maka pe mbelajaran bahasa disetiap sekolah-sekolah pada setiap jenjang pendidikan nyata diperlukan karena akan membantu memlihara kesucian dan keaslian bahasa, agar selalu tehindar dari kontaminasi budaya bahasa asing.

 

 

 

 

 

 

 

 


DAFTAR PUSTAKA