MAKALAH
UNSUR PEMBANGUN SUATU
KALIMAT
DISUSUN
O
L
E
H
JOGI ANDI SIADARI
NpM:
12-043-111-038
FAKULTAS
TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS
DARMA AGUNG
MEDAN
2013
KATA PENGANTAR
Dengan
menyampaikan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa dan Maha Kuasa,
hingga saya dapat menyelesaikan makalah ini sebagai tugas mata kuliah bahasa
Indonesia. Makalah ini disusun dengan tujuan sebagai materi (bahan)
pengayaan (enrichment) dalam mata pelajaran bahasa Indonesia.
Akhirnya,
penulis menyadari bahwa makalah ini tidaklah sempurna, dan
dibeberapa bagian masih terdapat kekurangan, sehingga kritik dan saran yang membangun
untk sempurnanya makalah ni sangat saya nantikan. Kepada semua pihak yangtelah
membantu menyelesaikan makalah ini, penulis menyampaikan terima kasih yang
tulus, dan mudah-mudahan makalah ini ada manfaatnya, amin.
18 November 2013
Penyusun
Jogiandi Siadari
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setiap masyarakat bahasa memiliki tentang
cara yang digunakan untuk mengungkapkan gagasan dan perasaan atau untuk
menyebutkan sesuatu melalui suatu
kalimat. Hingga pada suatu titik waktu, kata-kata yang
dihasilkan menyampaikan makna
tertentu, namun manakala terjadi hubungan dengan
masyarakat bahasa lain, sangat mungkin muncul gagasan, konsep, atau arti lain jika penyampaian yang kurang tepat. Salah satu bentuk perkembangan bahasa Indonesia adalah berupa
penyerapan kata ke dalam bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa-bahasa asing
pemberi pengaruh. Penyerapan kata-kata asing ke dalam bahasa Indonesia ini
melahirkan permasalahan-permasalahan kebahasaan.
Ada
baiknya sebagai masyarakat Indonesia, kita juga memahami penggunaan kalimat
bahasa Indonesia yang baik dan benar. Sebagai rasa cinta terhadap bahasa kita
sendiri dengan terwujud lewat peran kita dalam menjaga kelestariannya.
B. Tujuan Penulisan
Tujuan dalam penulisan
makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan dan diharapkan bermanfaat bagi
kita semua.
C. Metode Penulisan
Penulisan menggunakan kalimat bahasa Indonesia. Cara-cara lain yang dapat dipergunakan penulis adalah
study pustaka dalam metode ini penulis membaca buku yang berkaitan dengan
penulisan makalah.
BAB II
ISI
2.1 Pengertian Kalimat
Pengertian
kalimat dilihat dari Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sebagai berikut:
1.
kesatuan ujar yg mengungkapkan suatu
konsep pikiran dan perasaan
2.
perkataan
3. satuan
bahasa yg secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final dan
secara aktual ataupun potensial terdiri atas klausa
Sehingga
dapat disimpulkan bahwa pengertian dari sebuah kalimat adalah gabungan dari
beberapa kata (minimal 2 buah kata) yang menghasilkan makna dalam bentuk lisan
yang memiliki unsur utama sebuah subjek dan sebuah predikat sebagai pembangun
kalimat. Cirri-ciri lainnya dari sebuah kalimat adalah memiliki arti dan dapat
berdiri sendiri. Kalimat umumnya terdiri dari S, P, O, K, Pel, dan Ket sehingga
menghasilkan sebuah kalimat yang lengkap pengertiannya. Namun dengan adanya
subjek dan predikat sudah dapat menghasilkan sebuah kalimat tunggal yang
memiliki arti. Sebagai contoh: dia adalah pekerja. Dan untuk pemberian intonasi
bagi pembaca kalimat tersebut digunakan tanda baca atau jika tidak, maka sebuah
kalimat harus diakhiri dengan tanda titik. Dan syarat dasar dari sebuah kalimat
adalah diawali dengan huruf capital, diletakkan secara berurutan dan diakhiri
dengan tanda titik(.).
Contoh kalimat:
Ibu pergi.
S P
Orang itu pintar.
S
P
Petani membajak sawah.
2.2 Struktur Kalimat
Unsur-unsur
pembangun sebuah kalimat adalah subjek(S), predikat(P), objek(O),
pel(pelengkap), dan keterangan(Ket). Setiap unsur memiliki fungsi tersendiri
dalam membangun sebuah kalimat. Contoh kalimat yang menggunakan kelima unsur
tersebut adalah sebagai berikut:
Ayah meminjami paman baju
baru tadi siang.
S P O pel ket
Setiap unsur memiliki posisi
atau letak penempatannya masing-masing yang sudah menjadi ketentuan dalam
membentuk sebuah kalimat.
2.3 Ciri-ciri
unsur-unsur pembentuk sebuah kalimat:
2.3.1 Subjek
Subjek
adalah pelaku utama dalam sebuah kalimat yang biasanya diletakkan disamping
predikat sehingga membentuk makna. Pelaku merupakan hasil jawab dari pertanyaan
apa dan siapa didalam sebuah kalimat. Penempatan kata sebagai pendamping subjek
juga memiliki aturan tersendiri, seperti penempatan itu yang harus ditempatkan sesudah subjek, penempatan bahwa yang
ditempatkan sebelum subjek, dan penempatan preposisi tidak boleh sebelum
subjek. Karena hal-hal tersebut dapat mengakibatkan hasil kalimat tidak
bersubjek.
Contoh:
Orang,
buku itu, guru yang, dan sebagainya.
2.3.2
Predikat
Predikat
merupakan unsur paling penting dalam membentuk kalimat karena merupakan inti
pembentuk arti dari sebuah kalimat. Predikat dapat berupa kata kerja yang di
dampingi oleh objek yang sudah menjadi ketentuan dasar.predikat dapat berupa
kata kerja, sifat , jumlah atau preposisi.
Dan akan berubah bentuk katanya jika kalimat aktif diubah menjadi
kalimat pasif.
Contoh:
Adi memakan nasi.
S P
O
Nasi dimakan Adi .
S
P O
Budi menemui Sinta.
S P O
2.3.3
Objek
Objek
adalah unsur tambahan yang ada didalam sebuah kalimat dan tidak diharuskan ada,
karena tanpa adanya objek, sebuah kalimat dapat tetap dihasilkan. Objek
memiliki ciri khusus yaitu objek akan menempati posisi subjek ketika kalimat
aktif diubah menjadi kalimat pasif. Dan perubahan posisi tersebut menjadikan
objek menjadi subjek. Objek akan menjadi suatu unsur yang wajib ketika
pembuatan kalimat transitif. Yang merupakan kalimat yang dapat diubah menjadi
kalimat pasif.
Contoh:
Adik menaiki kasur.
S
P O
Kasur dinaiki adik.
S P
O
Adi dibelikan ayah motor baru.
S P O pel
2.3.4
Pelengkap
Ciri
dari pelengkap mirip dengan objek, namun letak perbedaannya adalah
ketidakmampuan kata tersebut untuk menggantikan posisi objek ketika kalimat
diubah menjadi kalimat pasif karena akan mengakibatkan kerancuan dalam
mengartikannya. Karena unsur pelengkap bersifat melengkapi unsur kerja dari
sebuah predikat yang memberi kejelasan lebih rinci.
Contoh:
Kami memberikan Astuti laptop baru.
S P O pel
Aku mendapat hadiah anting cantik.
S P O pel
2.3.5
Keterangan
Ciri dari
keterangan adalah unsur yang memuat atau memberi informasi yang memperjelas
suatu kalimat yang dapat berupa informasi tempat, waktu, alasan, cara, dan
tujuan. Keberadaan keterangan pada sebuah kalimat tidak diwajibkan. Namun diperlukan
jika sang pendengar mememerlukan informasi tersebut.
Contoh:
Ibu pergi naik mobil.
S P Ket
Adi sedih karena mainannya rusak.
S P ket
Astuti membeli emas secara tunai kemarin.
S P O Ket.cara Ket.waktu
2.4 Jenis Kalimat
Berdasarkan
jumlah unsur-unsur yang terkandung di dalam sebuah kalimat, jenis kalimat dapat
dibagi menjadi 2 jenis, yaitu kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Perbedaannya dapat dilihat dari jumlah unsur
pembentuk struktur kalimat tersebut.
2.4.1
Kalimat Tunggal
Kalimat
tunggal dapat disebut juga kalimat sederhana karena unsur penyusunnya hanya
terdiri dari satu subjek dan satu predikat. Kalimat tunggal dapat digabungkan
dengan kalimat tunggal lain dengan menggunakan kata penghubung dan berubah
menjadi kalimat majemuk. Kalimat tunggal dapat mengalami perluasan dengan
penambahan unsur lain didalam kalimat tunggal seperti penambahan unsur
keterangan dan sebagainya tanpa mengubah unsur inti kalimat tersebut dan tidak
membentuk pola baru. Dapat pula berupa kalimat perintah, kalimat tanya, dan
kalimat berita.
Kalimat tunggal dibagi
menjadi 2 jenis yaitu:
1.
Kalimat verba
Kalimat yang merupakan
kalimat kerja sederhana yang menjelaskan kegiatan/perbuatan dari subjek.
Contoh:
Ibu mencuci.
2.
Kalimat nominal/tingkatan
Kalimat yang merupakan
kalimat yang mengungkapkan tingkatan atau nilai nominal dari subjek dalam
sebuah kalimat.
Contoh:
Astuti siswi kelas tiga.
2.4.2
Kalimat Majemuk
Kalimat
majemuk merupakan gabungan dari kalimat tunggal dengan menggunakan kata
penghubung yang menggabungkan 2 buah kalimat atau lebih menjadi satu kalimat.
Dan penggabungan kalimat tersebut dapat menghasilkan posisi yang berbeda atau
keterikatan jika memiliki pola hubungan yang tidak sederajat atau adanya
perbedaan antara anak kalimat dengan induk kalimat. Oleh karena itu, kalimat
majemuk dapat dibagi lagi menjadi 3 jenis, yaitu:
1. Kalimat Majemuk Setara
Pada kalimat majemuk setara,
induk kalimat dan anak kalimat memiliki posisi yang sama rata kedudukannya. Dan
dapat berdiri sendiri sebagai kalimat tunggal. Kata penghubung yang digunakan
berupa kata penghubung sederajat, yaitu kata dan dan kata serta. Kalimat
pertentangan yang menggunakan kata ,seperti: tetapi, sedangkan, melainkan, dan namun. Kalimat pilihan yang
menggunakan kata atau. Dan kalimat penguatan yang menggunakan kata bahkan.
Serta kalimat lanjutan yang menggunakan kata penghubung lalu dan kemudian.
Contoh kalimat majemuk
setara:
Andi terjatuh, kemudian andi
menangis.
Aku mencuci piring dan Nina
mengepel lantai.
Aku akan pergi besok atau
minggu depan.
2. Kalimat Majemuk Bertingkat
Kalimat majemuk bertingkat
merupakan kalimat yang terdiri dari 2 buah kalimat dimana salah satu menduduki
posisi sebagai kalimat induk dan lainnya sebagai anak kalimat yang tidak bebas
dan terikat kepada kalimat induk.
Contoh kalimat majemuk
bertingkat:
Astuti pergi keluar,
walaupun masih hujan.
Induk kalimat: Astuti pergi
keluar
Anak kalimat: Walaupun masih
hujan
Dapat dilihat bahwa anak
kalimat memiliki makna atau susunan yang rancu ketika dipisahkan dari induk
kalimat. Terlihat bahwa anak kalimat tidak dapat berdiri sendiri.
3. Kalimat Majemuk Campuran
Kalimat majemuk campuran
merupakan gabungan dari kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat
sehingga memiliki lebih dari satu buah induk kalimat atau lebih dari satu buah
anak kalimat dalam sebuah kalimat.
Contoh kalimat majemuk
campuran:
Karena merasa lapar, kami
singgah di warung dan memesan makan.
Dia bekerja, walaupun hari
libur karena banyak pesanan.
2.5 Kalimat Efektif
Kalimat efektif
adalah kalimat yang benar / masuk akal dalam memberikan informasi atau
keterangan secara logis kepada pembaca sehingga dapat dimengerti dengan mudah
dan pembaca paham maksud dari kalimat tersebut. Sehingga pesan yang disampaikan
dalam kalimat itu secara tepat dipahami oleh pembaca, sesuai dengan yang ingin
disampaikan oleh penulis.
Karena itu
diperlukan penerapan unsur kalimat yang wajib atau sesuai ketentuan penulisan
kalimat. Penulisan secara logis, secara langsung, pasti dan tanpa meragukan
pembaca. Begitu pula penggunaan bahasa asing di dalam kalimat yang terkadang
dapat membingungkan pembaca, kalimat harus bersifat baku dan penulisannya
sesuai EYD yang telah ditentukan. Oleh karena itu,dapat disimpulkan bahwa kalimat
efektif memiliki syarat sebagai berikut:
a. Bentuk kalimat harus jelas agar mudah dimengerti
pembaca,
b. Kalimat efektif harus dapat menyampaikan pikiran
penulisnya secara tepat kepada pembaca,
c. Tidak dipengaruhi bahasa asing,
d. Penulisan harus secara logis.
e. Tulisan menurut ketatabahasaan bahasa Indonesia yang
baik dan benar.
2.6 Unsur Kalimat Efektif
Untuk dapat
membuat kalimat efektif yang baik dan benar, maka harus memperhatikan unsur
yang benar penulisan kalimat efektif. Unsur yang mendukung dalam membangun
kalimat efektif adalah:
1. Kesepadanan
Tata bahasa penulisan
dilakukan dengan menggunakan unsur kalimat yang benar dan cara penulisan unsur
yang benar. Seperti halnya aturan penulisan subjek tidak boleh ada 2 buah
subjek yang sama pada sebuah kalimat yang membuat kalimat menjadi rancu.
Tidak efektif : Adik terjatuh, kemudian adik menangis.
Efektif : Adik terjatuh, kemudian menangis.
2. Kehematan
Kehematan tidak dimaksudkan
dalam harusnya meminimalisasi penggunaan kata, namun sebagaimana cara penulisan
dilakukan untuk menggunakan kata yang bermanfaat bagi pembaca. Karena kata yang
tidak penting terkadang akan membingungkan pembaca dalam memahami kalimat yang
disampaikan atau tidak bertele-tele. Juga menghindari pengulangan kata yang
tidak penting yang seharusnya tidak perlu ditulis berulang-ulang.
Tidak efektif : Penduduk-penduduk di negara itu kelaparan.
Efektif : Penduduk di negara itu kelaparan.
3. Kesatuan atau kepaduan
Pada penulisan unsur kalimat
harus berdasarkan ketentuan penulisan unsur kalimat. Seperti yang ditelah
menjadi ketentuan bahwa sebuah kalimat inti harus terdiri dari satu buah subjek
dan predikat. Hal itu sudah merupakan
kesatuan dalam penulisan kalimat.
Tidak efektif : Hari
ini Astuti membeli tas.
Efektif : Astuti membeli tas hari ini.
4. Penekanan
Penekanan dilakukan untuk memberi
penonjolan ide pokok, atau masalah utama yang ingin disampaikan. Untuk memberi
penekanan pada kalimat, maka dapat dilakukan pengulangan terhadap kata yang
ingin ditekankan, melakukan pertentangan, penggunaan kata imbuhan berintonasi,
dan meletakkan kata yang diberi tekanan didepan kalimat.
Tidak efektif : Dia yang melakukan perbuatan itu.
Efektif : Dialah yang melakukan perbuatan itu.
5. Keragaman
Keragaman penulisan kalimat
yang dilakukan dengan mengubah posisi unsure kalimat agar tidak bersifat
monoton atau membosankan bagi pembacanya.
Contoh : Ia dimarahi,
padahal kakak cukup menasehatinya saja.
6. Kelogisan
Penggunaan kata tidak logis
pada kalimat akan membuat kalimat menjadi tidak logis. Penggunaan kata yang
tidak sesuai terkadang akan merubah makna kata atau kerancuan bagi pembaca:
Contoh:
Tidak efektif : Ita dibikinkan pusing olehnya.
Efektif : Ita dibuat pusing olehnya.
7. Kesejajaran
Kesejajaran kata kerja atau
kata berimbuhan dalam sebuah kalimat. Dimana imbuhan yang digunakan pada awal
kalimat harus sama dengan kalimat yang dihubungkan selanjutnya.
Tidak efektif : Ia membeli beras, lalu dibawanya ke rumah.
Efektif : Ia membeli beras, lalu membawanya ke rumah.
8. Kecermatan
Penggunaan kata dalam
kalimat tidak boleh sampai menjadikan kalimat tersebut menjadi rancu.
BAB
III
KESIMPULAN
DAN SARAN
3.1.
Kesimpulan
Analogi
dan anomali bahasa terjadi di dalam bahasa Indonesia dan secara khusus terjadi
di dalam kata-kata serapan ke dalam bahasa Indonesia.
Suatu gejala bahasa pada awalnya bisa dianggap
anomali, namun setelah berlangsung terus menerus dengan frekwensi yang tinggi
bisa berubah menjadi analogi. Suatu gejala bahasa apakah termasuk ke dalam
kriteria analogi atau anomali sebenarnya tergantung pada keberteriman
masyarakat terutama mereka yang memiliki legalitas tentang bahasa. Penyimpangan
bahasa dari konvensi dengan frekwensi yang kecil cenderung dikatakan sebagai
gejala yang anomalis.
3.2
Saran
Bahasa
Indonesia tidak akan tetap terjaga apabila tidak diadakan pusat bahasa dan
balai bahasa serta tempat pelatihan dan pengajaran tentang tata bahasa. Maka pe mbelajaran
bahasa disetiap sekolah-sekolah pada setiap jenjang pendidikan nyata diperlukan
karena akan membantu memlihara kesucian dan keaslian bahasa, agar selalu
tehindar dari kontaminasi budaya bahasa asing.